Yuk, Ubah Karya Tulis Ilmiah Menjadi Buku!
Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang Ke-28
Pertemuan
4 : Senin, 16 Januari 2023
Waktu : Pukul 19.00 - 21.00 WIB
Narasumber : Eko Daryono, S.Pd. (Mr. Yons)
Moderator : Nur Dwi Yanti, S.Pd. (Ibu Ndy)
Materi : Menulis Buku Dari Karya Tulis Ilmiah
Yuk, Ubah Karya Tulis Ilmiah Menjadi Buku!
Hai semuanya, tak terasa satu minggu sudah terlewati dengan tiga kali pertemuan di hari Senin, Rabu, dan Jum’at. Alhamdulillah tiga resume sudah meluncur di blog saya (ternyata bisa juga yaa menulis, hehe…, walau masih banyak kekurangan). Malam ini, masuk minggu kedua dengan materi yang lebih waw tentunya, yaitu Menulis Buku Dari Karya Ilmiah. Ibu Nur Dwi Yanti yang akrab dipanggil Ibu Ndy oleh tim solid Omjay menjadi moderator pada malam ini. Ibu Ndy memulai kelas dengan mengulas balik chat dari Ibu There bahwa “Jangan biarkan mata pena kita mengering menguap tak berarti”. Disinilah kita para satria pena berkomitmen dan konsisten untuk terus berkarya. Tak hanya itu, Ibu Ndy juga memotivasi para peserta dengan menginfokan salah satu motivational speaker terkenal dari Amerika John Maxwell yang menggambarkan passion sebagai “the fuel for will” atau bahan bakar untuk kemauan. Maksud dari kata tersebut bahwa passion mengubah “keharusan” menjadi “kemauan”. Jadi ketika kita sangat menginginkan sesuatu maka kita akan menemukan tekad untuk melakukannya dan tidak akan berhenti sampai benar-benar mencapainya. Dengan demikian, inilah yang dinamakan komitmen dan konsisten dalam menulis. Sama halnya saat kita melakukan suatu analisis menguji suatu tindak penelitian sehingga terbentuklah laporan yang dituangkan dalam karya tulis yang kita kenal karya ilmiah. Namun sayangnya terkadang karya ilmiah tersebut hanya tersimpan di loker lemari dan perpustakaan bahkan terkadang terlupakan. Malam ini kita akan bersama mengubah karya ilmiah menjadi sebuah buku yang berharga sehingga pengalaman kita dalam melakukan penelitian dapat dikenal bahkan dapat bermanfaat bagi orang lain. Yuk bisa yuk, ubah karya tulis ilmiah menjadi buku.
Narasumber
malam ini adalah Bapak Eko Daryono, S.Pd., dengan panggilan akrabnya Mr. Yons.
Beliau adalah sosok guru yang bersahaja yang tergerak menggerakkan dan membawa
dampak bagi dirinya serta lingkungan. Selain sebagai pengajar, beliau juga sebagai
penulis, narasumber, dan memiliki berbagai prestasi luar biasa. Adapun materi
malam ini adalah “Menulis Buku dari Karya Tulis Ilmiah”, lebih tepatnya “Menerbitkan
Buku dari Karya Tulis Ilmiah”. Tema materi yang sekilas teoritis dan membuat
pusing karena tidak ada standarisasi konversi karya tulis ilmiah menjadi buku.
Namun demikian, dari berbagai pengalaman yang telah disampaikan oleh para
Widyaiswara, Peneliti LIPI, dan pakar menulis, akhirnya mengerucut pada standar
isi buku. Walaupun standar tersebut sifatnya tetap fleksibel karena beda
penulis terkadang beda persepsi.
Selanjutnya,
Mr. Yons mengawali dengan pertanyaan apa karya tulis
ilmiah itu? Karya tulis ilmiah dalam Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun
2014 merupakan tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review),
kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorang atau kelompok
yang memenuhi kaidah ilmiah. Dengan demikian, karya tulis ilmiah berupa tulisan
perseorang atau kelompok hasil ulasan, kajian, dan pemikiran sistematis yang
memenuhi kaidah ilmiah.
Apa
sajakah yang termasuk karya tulis ilmiah? Secara umum karya tulis ilmiah ada
dua yaitu karya tulis ilmiah non buku dan karya tulis ilmiah buku. Karya tulis
ilmiah non buku antara lain karya tulis ilmiah bidang akademis untuk
mendapatkan gelar seperti tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, dan karya
tulis ilmiah hasil penelitian seperti PTK (Penelitian Tindakan Kelas), PTS
(Penelitian Tindakan Sekolah), best practice, makalah, artikel, dan jurnal
karya tulis ilmiah berupa ulasan atau resensi. Karya tulis ilmiah buku berupa
(1) Buku bahan ajar seperti diktat, modul, buku ajar, dan buku referensi, (2) Buku
pengayaan seperti monografi, buku teks, buku pegangan, dan buku panduan, dan
(3) Buku kompilasi seperti bunga rampai dan prosiding. Ternyata tidak
semua karya tulis ilmiah itu berupa buku. Memang secara wujud PTK (Penelitian
Tindakan Kelas), PTS (Penelitian Tindakan Sekolah), tugas akhir, skripsi, tesis,
dan disertasi itu berupa buku namun sebenarnya bukan buku, lebih tepatnya
adalah laporan hasil penelitian dan sifat publikasinya pun terbatas.
Bagaimana
struktur penulisan karya tulis ilmiah? Umumnya struktur penulisan karya tulis
ilmiah seperti struktur di bawah ini.
HALAMAN
AWAL
BAGIAN
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
BAB
II KAJIAN TEORETIS
A. KAJIAN PUSTAKA
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
C. KERANGKA PEMIKIRAN
D. HIPOTESIS
BAB
III METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
C. SUBJEK PENELITIAN (POPULASI DAN
SAMPEL)
D. DATA DAN SUMBER DATA
E. TEKNIK VALIDASI DATA
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
G. TEKNIK ANALISIS DATA
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
B. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
C. PEMBAHASAN
BAB
V PENUTUP
A. SIMPULAN
B. SARAN
HALAMAN
AKHIR (DAFTAR PUSTAKA, LAMPIRAN-LAMPIRAN)
Struktur ini umumnya dijadikan sebagai standar dalam menyusun bab-bab dalam karya tulis ilmiah meskipun untuk karya tulis ilmiah sejenis skripsi, tesis, disertasi, dan tugas akhir memiliki gaya yang berbeda. Dengan demikian, dalam penyusunan dapat menyesuaikan struktur yang berlaku di setiap instansi kampus.
Apa
sih perbedaan laporan karya tulis ilmiah dan karya tulis ilmiah yang dikonversi
menjadi buku? Berikut ini pemaparan perbedaan antara laporan penelitian dan
buku.
Laporan
Penelitian |
Buku |
Sasaran
pembacanya terbatas kalangan tertentu (terlebih jika sifatnya publikasi
terbatas) |
Sasaran
pembacanya bisa semua kalangan yang memiliki interest terhadap isi
buku |
Sistematika
penulisan dalam penomoran-penomoran sub bab yang kaku dan baku |
Sistematika
penulisan fleksibel disesuaikan dengan isi buku |
Sajian
datanya mulai dari data mentah hingga data yang diolah |
Minim
sajian data berupa data mentah. Umumnya hanya data yang berarti bagi pembaca
saja yang dicantumkan |
Bahasa
baku yang butuh pemahaman |
Bahasa
mudah dipahami |
|
Ber-ISBN |
Secara
substansi isi, tidak ada perbedaan isi laporan karya tulis ilmiah dengan isi
buku hasil konversi, karena sejatinya isi buku mencerminkan keseluruhan isi
laporan karya tulis ilmiah. Sedangkan secara sistematika, tentunya gaya
penulisan karya tulis ilmiah dengan penulisan buku tentu berbeda. Ada penyesuaian-penyesuaian
sistematika karya tulis ilmiah yang dikonversi menjadi buku dengan tujuan agar
kesannya tidak kaku. Misalnya penomoran tiap sub bab- sub bab. Secara bahasa,
meski sama-sama ilmiah, hasil konversinya tentu harus dimodifikasi sehingga bahasa
dalam bukunya lebih luwes, bersifat lugas, dan tidak lagi mencantumkan
kata-kata seperti penelitian ini, peneliti, teman sejawat, dan penulis.
Bagaimana
cara mengkonversi karya tulis ilmiah menjadi buku? Jawabannya adalah dengan
memodifikasi judul. Judul karya tulis ilmiah umumnya mengadung unsur (variabel
penelitian, objek penelitian, dan setting penelitian (tempat atau waktu)).
Judul buku hasil konversi seperti judul buku-buku yang punya daya tarik dan
daya jual harus menarik, unik, mudah diingat, dan mencerminkan isi buku.
Kemenarikan judul buku sifatnya subjektif. Berikut ini contoh buku konversi dari hasil
penelitian Mr. Yons.
Contoh 1:
Selanjutnya, tentang memodifikasi sistematika dan gaya penulisan. Karya tulis ilmiah non buku yang berupa laporan hasil penelitian umumnya ditulis dengan sistematika dan penomoran yang baku. Pada saat laporan tersebut dikonversi menjadi buku maka harus dimodifikasi gayanya sesuai dengan gaya penulisan buku. Tidak tampak lagi adanya sub bab- sub bab yang membuat isi buku seolah-olah terpisah-pisah. Yuk, kita pelajari modifikasi sistematika bab per bab.
Modifikasi
Bab I
Bab I biasanya Pendahuluan, boleh tetap dipertahankan judulnya dengan Pendahuluan, boleh juga Pembuka atau kata lain yang menggambarkan kemenarikan buku. Pada konversi karya tulis ilmiah yang Mr. Yons buat, beliau merubah pendahuluan dengan Fenomena Pembelajaran TIK yang tentunya berisi mengenai fenomena sebagaimana isi poin latar belakang dalam naskah laporan aslinya ditambah dengan fenomena kekinian agar pentingnya isi buku dapat ditonjolkan sejak awal sehingga pembaca merasa tertarik untuk membaca keseluruhan isi buku. Adapun secara terstruktur, tidak diperlukan lagi sub bab- sub bab seperti latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat dalam bentuk angka-angka. Fokusnya lebih mengembangkan latar belakang.
Modifikasi
Bab II
Berikut
ini contoh isi Bab II dari PTK Mr. Yons:
Susunan bab dan sub bab di atas Mr. Yons rubah dalam gaya penulisan buku sehingga menjadi beberapa bab seperti di bawah ini.
Modifikasi
Bab III
Substansi Bab III sebenarnya lebih terfokus pada metode, teknik pengumpulan data (instrumen), dan analisis data. Jika berupa PTK (Penelitian Tindakan Kelas) berisi langkah-langkah tindakannya. Ada beberapa alternatif yang dapat diterapkan. Benar-benar menghilangkan Bab III, memasukkan Bab III di Bab II atau menarasikan Bab III di awal bab pembahasan. Menghilangkan Bab III maksudnya keseluruhan isi Bab III dihilangkan, sebab bunyi Bab III sebenarnya bisa dicermati dari isi pembahasannya. Memasukkan Bab III di Bab II maksudnya konsep pokok terpenting dari Bab III digabung dalam Bab III. Menarasikan Bab III di awal bab pembahasan maksudnya menyampaikan substansi isi Bab III sebagai awal pembahasan. Berikut ini contohnya:
Namun narasi tersebut butuh kehati-hatian. Jika untuk kepentingan kenaikann pangkat guru ASN maka narasi tersebut perlu dipertimbangkan untuk dicantumkan.Modifikasi Bab IV
Bagian
ini sejatinya merupakan bagian isi buku, sesuai dengan judul buku. Bab IV tidak
lagi menggunakan judul hasil penelitian dan pembahasan namun disesuaikan dengan
konteks buku. Judul buku menjadi pilihan sebagai judul Bab IV.
Mr.
Yons memberi contoh Bab IV Strategi Tim Quiz dalam Pembelajaran TIK.
Pada
buku Bab IV dapat dimasukkan tabel, grafik, foto-foto kegiatan maupun hasil penelitian
yang menyatu dalam buku. Bab IV tidak lagi berisi data mentah seperti nilai
dari setiap siswa berikut namanya. Foto pun hanya sekedar yang dibutuhkan
sebagai pendukung. Sebagai contoh, Mr. Yons pernah mengedit buku hasil lomba
Dharma Wanita SMK Se-Provinsi Jawa Timur. Foto-fotonya penuh karena memang
berisi cara membuat kerajinan makanan.
Modifikasi Bab V
Pada
laporan hasil penelitian, Bab V biasanya diberi judul Penutup. Judul tersebut
dapat dipertahankan. Hanya saja, isi bab tidak hanya simpulan dan rekomendasi (saran)
saja, namun ditambahkan temuan yang
terkait dengan hasil penelitian.
Modifikasi Lampiran
Lampiran yang disertakan hanyalah instrumen penelitian
atau data matang yang mendukung buka data-data mentah. Lalu, hal-hal apa saja
yang perlu diperhatikan saat mengkonversi karya tulis ilmiah menjadi buku?
1.
Keaslian laporan hasil penelitian.
Tindakan plagiat tidak
dibenarkan terlebih karya seperti PTK kadang tidak dicek keasliannya. Namun
saat diterbitkan jadi buku, maka penulis harus yakin betul bahwa karya yang
akan diterbitkan memang original punya penulis sendiri. Kalau karya seperti
skripsi, tesis, apalagi disertasi akan langsung ketahuan jika plagiat karena
sudah ada generate machine untuk pengecekannya.
2.
Menghindari kompilasi yang terlalu banyak.
Kutip pendapat
pada ahli yang mendukung substansi, sisanya mengembangkan dengan analisis dari
sudut pandang penulis. Mengapa demikian? saat penulis menerbitkan buku dari
hasil karya tulis ilmiahnya sedang otomatis dia sedang menyuguhkan bahan pustaka
kepada pembaca. Kegiatan sekedar mengcopas pendapat asli para pakar
perlu dihindari dengan mengubah gaya penulisan kutipan.
3.
Memilah dan memilih data yang dipublikasikan.
Data
matang saja yang disajikan agar buku berbobot dan tidak bombastis.
4.
Modifikasi bahasa buku.
Hindari
pemakaian penanda transisi menurut hal itu sesuai dengan pendapat lebih lanjut
si A menyatakan berdasarkan hal tersebut. Termasuk menyebutkan kata penelitian
ini, peneliti, bahkan penulis
5. Hindari pengambilan sumber kutipan berantai.
Selain itu, juga
hindari pendapat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
6.
Wajib menuliskan semua Daftar Pustaka yang dipakai sebagai rujukan.
Daftar
Pustakan perlu ditulis untuk mendukung keabsahan buku.
7.
Memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN.
Kkhusunya
jika akan dinilaikan untuk kenaikan pangkat sesuai buku 4 PKB.
Bagian buku ber-ISBN biasanya: (1) halaman-halaman awal (preliminaries) yang mencakup judul, kata pengantar, aneka daftar seperti daftar isi, dan daftar table/bagan/lampiran. (2) isi utama (main body) yang mencakup pendahuluan, isi, dan penutup. (3) halaman-halaman akhir (reference-matter) yang mencakup daftar pustaka, lampiran, dan biodata penulis.
Luar biasa materi malam ini, sangat berbobot. Malam ini narasumber menutup kelas dengan kata-kata motivasi, yaitu jangan takut gagal sebelum mencoba. Berdayakan karya kita menjadi buku yang bermanfaat agar menjadi ladang amal kita. Prinsipnya agar kita mantap menjadikan karya tulis ilmiah menjadi buku adalah :”Menulis itu olah kata dengan rasa, karena menulis seperti berbicara dan teman bicaranya adalah HATI. “Eko Daryono - Sang Pena Lereng Lawu”. Kemudian ditutup lagi dengan kata sederhana namun sangat bermakna, yaitu “Kejujuran adalah Hal Utama”.
Terima kasih Mr. Yons dan Ibu Ndy, malam ini sudah menginspirasi agar membuat buku dari karya tulis ilmiah, sampai jumpa dipertemuan berikutnya.
Komentar
Posting Komentar